Komunikasi Terapeutik
Nama :
Sabrina Putri Rizki Afriza
Nim : 1130023018
Kelas : 3-A
Mata Kuliah : Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki oleh
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Perawat sebagai
petugas yang selalu berhubungan dengan pasien harus memiliki banyak
ketrampilan, salah satunya adalah ketrampilan interpersonal yaitu ketrampilan
dalam berkomunikasi dengan pasien. Komunikasi Terapeutik
merupakan hubungan perawat dan klien yang dirancang untuk memfasilitasi tujuan
therapy dalam pencapaian tingkatan kesembuhan yang optimal dan efektif. Terjadinya
komunikasi terapeutik adalah apabila didahului hubungan saling percaya antara
perawat dan klien. Utamanya dalam konteks pelayanan keperawatan kepada klien,
pertama-tama klien harus percaya bahwa perawat mampu memberikan pelayanan
keperawatan dalam mengatasi keluhannya, demikian juga perawat memang
benar-benar harus dapat dipercaya dan diandalkan atas kemampuan yang telah
dimiliki dari aspek kapasitas dan kapabilitasnya, sehingga klien tidak
meragukan kemampuan yang dimiliki perawat.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Komunikasi ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Tujuan komunikasi terapeutik
- Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatkan kehormatan diri.
- Identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi
- Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan, hubungan internasional dengan kapasitas memberi dan menerima
- Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistis
Ada 2 jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal dan non verbal
1. Komunikasi verbal
Di rumah sakit, jenis komunikasi yang paling sering digunakan dalam pelayanan keperawatan adalah dengan pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka yang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seseorang akan mengomunikasikan dan menginterpretasikan kata secara verbal. Sehingga bahasa dapat didefinisikan sebuah seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti.
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal merupakan penyampaian kode non
verbal yaitu suatu proses pemindahan atau penyampaian pesan tanpa menggunakan
kata-kata. Pada komunikasi non verbal bisa didefinisiksn penyampaian kode non
verbal biasa disebut juga bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language).
Untuk itu perawat perlu menyadari kode/pesan non-verbal yang ditampakkan klien
sebagai upaya untuk menjustifikasikan apa yang diungkapkandan dipermasalahkan
klien merupakan masalah utama yang harus ditangani. Kode non verbal sering
ditemukan melalui sebuah pengamatan cermat yang bisa dimulai saat pengkajian
sampai Evaluasi keperawatan. Tujuan dari kode atau isyarat non verbal antara
lain:
1)
Meyakinkan
apa yang diucapkan (repetition)
2)
Menunjukkan
perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata
3)
Menunjukkan
jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya
4) Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna
Prinsip komunikasi terapeutik
1. Komunikasi berorientasi pada proses percepatan
kesembuhan
2. Komunikasi terstruktur dan direncanakan
3. Komunikasi terjadi dalam konteks topik, ruang dan
waktu
4. Komunikasi memperhatikan kerangka pengalaman klien
5. Komunikasi memerlukan keterlibatan maksimal dari klien
dan keluarga
Tahap-tahap komunikasi terapeutik
1. Tahap pra-interaksi disebut juga tahap apersepsi di mana perawat menggali dulu kemampuan yang dimiliki sebelum kontak/berhubungan dengan klien, termasuk kondisi kecemasan yang menyelimuti pada diri perawat.
2. Tahap perkenalan
Pada tahap perkenalan ini, perawat memulai kegiatan
pertama kali di mana perawat bertemu pertama kali dengan klien. Kegiatan yang
dilakukan adalah memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga bahwa saat ini
yang menjadi perawat adalah dirinya. Dalam hal ini berarti perawat sudah siap
sedia untuk memberikan pelayanan keperawatan pada klien.
3. Tahap orientasi
Pada tahap orientasi ini, perawat menggali
keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien dan divalidasi dengan tanda dan
gejala yang lain untuk memperkuat perumusan diagnosis keperawatan. Tujuan pada
tahap ini untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat
dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi tindakan yang lalu
4. Tahap kerja
Tahap kerja merupakan tahap untuk mengimplementasikan
rencana keperawatan yang telah dibuat pada tahap orientasi. Perawat menolong
klien untuk mengatasi cemas, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab
terhadap diri dan mengembangkan mekanisme koping konstruktif.
5. Tahap terminasi
Merupakan tahap dimana perawat mengakhiri pertemuan dalam menjalankan tindakan keperawatan serta mengahiri interasinya dengan klien.
Referensi
Muhith, A., & Siyoto, S. (2018). Aplikasi
Komunikasi Terapeutik Nursing & Health (R. I. Utami (ed.); Edisi 1).
ANDI (Anggota IKAPI).
Komentar
Posting Komentar